Selasa, 01 September 2009

Bertahun setelah kepergiannya kurindukan dia kembaliDengan gelombang semangat halilintar dilahirkannya sebuahnegeri; dalam lumpur dan lumut, dengan api menyapu kelammenjadi untaian permata hijau di bentangan cahaya abadi; yangsenantiasa membuatnya tak pernah berhenti bermimpi; menguakkabut mendung, menerjang benteng demi bentengmembalikkan arah topan, menjelmakan impian demi impianDengan seorang sahabatnya, mereka tandatangani naskah itu !Mereka memancang tiang bendera, merobah nama pada peta, berjagamembacakan sejarah, mengganti bahasa pada buku. Lalu dia meniupterompet dengan selaksa nada kebangkitan sukmaKini kita ikut membubuhkan nama di atas bengkalainya;meruntuhkan sambil mencari, daftar mimpi membelit bulanPerang saudara mengundang musnah, dendam tidur di hutan-hutan,di sawah terbuka yang saktiKata berpasir di bibir pantai hitamdan oh, lidahku yang terjepit, buih lenyap di laut bisuderap suara yang gempita cuma bertahan atau menerkamYa, walau tak mudah, kurindukan semangatnya menyanyi kembalibersama gemuruh cinta yang membangunkan sejuta rajawaliTak mengelak dalam bercumbu, biar di ranjang bara membatuTak berdalih pada kekasih, biar berbisa perih di rabuBerlapis cemas menggunung sesal mutiara matanya tak pudarBagi negeriku, bermimpi di bawah bayangan burung garuda
(1979)Hukla (Kumpulan Puisi)jakarta, 1979